Serba-Serbi Alat Musik Angklung

Indonesia memiliki banyak sekali kesenian nusantara, salah satunya adalah keberagamaan alat musik dari setiap daerah. Kalau berbicara tentang alat musik nusantara, mungkin banyak dari kalian yang langsung tertuju pada alat musik tradisional yang berasal dari Jawa Barat yakni angklung. Menurut Ridwan Kamil, angklung difilosofiskan memiliki nilai kebersamaan, saling menghargai, dan kepatuhan terhadap aturan. Tiga aspek itu membentuk harmoni dalam permainan angklung. Nilai filosofi tersebut dapat diterapkan dalam kehidupan secara sosial dan budaya. Ingin tau hal menarik lain tentang angklung? Simak artikel ini sampai akhir ya… Kali ini kita akan membahas sedikit-banyak mengenai instrument bambu ini mulai dari sejarah, cara menggunakannya dan perkembangan dan eksistensinya di era globalisasi.

1. Sejarah Angklung

Seperti yang sudah diketahui oleh banyak orang bahwa instrument bambu ini berasal dari kebudayaan sunda, yakni Jawa Barat. Angklung berdiri dari kata yang berasal dari Bahasa sunda, “angkleung-angkeleung.” Yaitu gerakan pemain angklung, juga berasal dari suara “klung” yang bunyinya dihasikan oleh instrument angklung itu sendiri. Sejarah angklung diawali oleh kepercayaan masyarakat sunda yang menggunakan angklung sebagai sarana upacara ritual. Hal ini berkaitan erat oleh mitos Dewi Sri yang diakui sebagai Dewi padi lambang kemakmuran. Angklung digunakan dalam upacara ritual untuk mengundang dan bentuk kehormatan kepada Dewi Sri, agar kehidupan agrarisnya terhindar dari bala dan selalu diberikan kesuburan. Kemudian terciptalah lagu-lagu persembahan untuk Dewi Sri yang diiringi oleh bunyi dari tabuh batang bambu, yang akhirnya berkembang menjadi angklung seperti yang kita kenal sekarang.

2. Cara Memainkan Angklung

Memainkan angklung sebenarnya tidak serumit yang kita kira, alat musik ini bisa dipelajari oleh siapapun dan dari golongan umur manapun termasuk anak-anak. Cara memainkannya cukup dengan menggoyangkan instrument sehingga akan menghasilkan bunyi. Bunyi pada angklung muncul karena bambu-bambu angklung saling berbenturan lalu membentuk susunan nada. Diketahui ada 3 teknik dasar memainkan angklung, yakni:

  • Kurulung (Getar); Teknik yang menggunakan satu tangan untuk memegang rangka angklung, lalu tangan lainnya menggoyangkan angklung dengan panjang yang disesuaikan oleh nilai nada yang ingin dimainkan, membuat nada yang dimanikan akan sambung menyambung dan tidak terputus.
  • Cetok (Sentak); Teknik yang dilakukan dengan menarik tabung dasae dengan cepat oleh jari ke telapak tangan sehingga menghasilkan bunyi staccato atau berbunyi sekali saja. Agar bunyi yang dihasikan pendek, posisikan angklung dan tabung dasar kanan dengan posisi miring sedikit pada angklung yang dipukulkan ke telapak tangan kanan.
  • Tengkep; Teknik ini merupakan Teknik dengan menutup dan menahan tabung kecil sehingga tidak ikut menghasilkan bunyi. Teknik ini dipakai untuk mendapatkan suara angklung menjadi lebih halus.

3. Perkembangan dan Eksistensi Alat musik Angklung

Angklung tradisional yang bertangga nada pentatonis (da, mi, na, ti, la) yang pada awalnya digunakan pada ritual dalam kegiatan pertanian, kini sebagian sudah berkembang sebagai angklung yang bersifat fungsional untuk mengisi kegiatan hiburan pernikahan hingga pertunjukan karnaval budaya. Jenis pertunjukan ini antara lain adalah; buncis, badud, dogdog lojor, angklung gubrag, dan lain-lain, tidak hanya angklung alat lain seperti dogdog, kendang dan gong juga digunakan dalam pertunjukan tersebut.  Jenis kelompok angklung tradisional yang dimaksud bisa ditemukan di Jawa Barat dan Banten, yaitu; Angklung Kanekes, Angklung Dogdog Lojor, Angklung Buncis, Angklung Badeng, Angklung Gubrag, dan Angklung Dodod. Selain angklung tradisional Sunda, ada pula Angklung Bali, Angklung Banyuwangi, bahkan angklung tradisional lain di luar Pulau Jawa. Kelompok jenis angklung tradisional ini masih bisa kita jumpai di kampung-kampung adat, kelompok masyarakat adat, dan grup-grup kesenian, Salah satunya adalah saung Udjo, tempat yang masih melestarikan kebudayaan. Sebuah sanggar yang ada di Kota Bandung. Angklung berkembang dan menyebar ke seantero Jawa, lalu ke Kalimantan dan Sumatra. Begitu juga di dunia internasional, Pada 1908, ada sebuha misi kebudayaan dari Indonesia ke Thailand, hal ini ditandai dengan penyerahan angklung yang kemudian membuat permainan musik ini tersebar di sana. Alat musik ini bahkan sudah diakui eksistensinya oleh UNESCO sebagai Karya Agung Warisan Budaya Lisan dan Nonbendawi Manusia sejak tahun 2010. Banyak juga warga-warga asing yang tertarik untuk mempelajari alat musik tradisional yang unik ini.

Dengan semua hal yang sudah dbahas di atas, Indonesia patut bangga dengan angklung sebagai salah satu identitas bangsa yang dikenal oleh banyak masyarakat negara luar. Kita sebagai anak bangsa jangan sampai kalah untuk mengenal bahkan mempelajari alat musik angklung dan keberagaman alat msuik nusantara lainnya ya…

Sumber:

https://indonesiakaya.com/pustaka-indonesia/angklung-warisan-budaya-sunda-kebanggaan-indonesia/

https://today.line.me/id/v2/article/qoWV62k

https://www.orami.co.id/magazine/alat-musik-angklung

Sumaludin, M Maman. “ANGKLUNG TRADISIONAL SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH LOKAL” 2 (2022): 14.

Penulis: Ratna Azzahra

Sumber gambar: Kompas.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *