Bangunan panggung berbahan kayu berdiri kokoh di Dusun Pulau Belimbing, Desa Kuok, Kecamatan Kuok, Kabupaten Kampar Provinsi Riau. Di sisi luar bangunan terdapat beberapa ukiran bermotif tumbuh-tumbuhan dan binatang. Bangunan ini berfungsi sebagai rumah tinggal. Syarkawi, sang empunya rumah, sudah tinggal di sana sejak sekitar tahun 70an.

Masyarakat sekitar biasa menyebutnya sebagai rumah lontiok, rumah adat Kampar.

Lontiok sendiri dalam bahasa kampar berarti lentik. Jika diperhatikan secara seksama, penyebutan ini melihat dari bentuk atap yang melentik atau meruncing ke atas.

Di Nusantara, bentuk atap meruncing ke atas juga dapat ditemui di Sumatera Barat, Sumatera Utara dan Sulawesi Selatan. Di Riau sendiri, selain di Kampar bentuk ini juga ditemui di Kabupaten Rokan Hulu dan Kuantan Singingi. Secara geografis, letak ketiga kabupaten ini memang berbatasan langsung dengan Provinsi Sumatera Barat.

“Dari cerita orang-orang tua kita dulu, bentuk atap seperti itu melambangkan perahu, ” ujar Syarkawi. Perahu yang dimaksud ialah perahu atau kapal lancang atau pencalang. Kapal ini digunakan oleh para leluhur mereka ketika melakukan migrasi maupun misi dagang. Hal ini juga bisa dilihat dari dinding bangunan yang miring ke arah luar.

Rumah Syarkawi bukan satu-satunya rumah lontiok di Dusun Pulau Belimbing. Dusun ini ditetapkan oleh pemerintah setempat sebagai desa wisata karena ada belasan rumah tradisional lainnya disana. Namun tak semuanya masih dihuni, bahkan ada yang kondisinya memprihatinkan, dindingnya roboh, hanya menyisakan struktur tiang saja.

Syarkawi menjelaskan banyak rumah tradisional yang ditinggalkan karena si empunya rumah banyak yang pindah menuju desa atau kota lain, sementara ahli waris tak ada yang menghuninya lagi.

Oleh: Agus Alfinanda

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *